HORMON KORTIKOSTEROID
Kelenjar adrenal terletak
berdampingan dengan ginjal terdiri dari bagian (kortek) dari bagian sumsum
(medula). Kortikotropin atau ACTH merangsang kelenjar anak ginjal (adrenal)
menyekresikan hormon-hormonnya. Kelenjar adrenal bagian kortek atau kulit menyekresikan
hormon kortikosteroid dan hormon kelamin. Sedang bagian medula (sumsum)
menyekresikan adrenalin dan noreadrenalin.
Kortikosteroid mempunyai 2 aktivitas yaitu :
1. Glukokortikoid
:
-
Mempengaruhi metabolisme karbohidrat dan protein
serta mempengaruhi keseimbangan air dan elektrolit
-
Mempunyai efek antiinflamasi dan imunosupresif
-
Glukokortiroid alam adalah kortisol. Sedangkan glukokotiroid
sintetik adalah prednison, betametason.
2. Mineralokortikoid
: mempengaruhi keseimbangan elektrolit dan air. Mineralokortikoid alam adalah
alldosterone
Mekanisme kerja
Seperti hormon
steroid lain, adrenokortikoid mengikat reseptor sitoplasmik intrseluler pada
jaringan target. Ikatan kompleks antara kortikosteroid dengan reseptor protein
akan masuk ke dalam inti sel dan di ikat oleh kromatin. Ikatan reseptor
protein-kortikosteroid-kromatin mengadakan transkripsi DNA, membentuk mRNA dan
mRNA merangsang sintesis protein spesifik.
Efek- efek
kortikosteroid
A.
Glukokortikoid
1.
Merangsang glikogenolisis (katalisa glikogen
menjadi glukosa) dan glioneogenolisis (katalisa lemak/protein menjadi glukosa)
sehingga kadar gula darah meningkat dan pembentukan glikogen di dalam hati dan
jaringan menurun. Kadar kortikosteroid yang meningkat akan menyebabkan gangguan
distribusi lemak, sebagian lemak di bagian tubuh berkurang dan sebagian akan
menumpuk pada bagian muka (moonface), tengkuk (buffalo hump), perut dan lengan.
2.
Meningkatkan resistensi terhadap stress. Dengn meningkatkan
kadar glukosa plasma, glukokotikoid memberikan energi yang diperlukn tubuh
untuk melawan stress yang disebabkan oleh trauma, ketakutan, infeksi,
perdarahan atau infeksi yang melemahkan.
3.
Merubah kadar sel darah dalam plasma. Glukokortikokoid
menyebabkan menurunnya komponen sel-sel darah putih/leukosit
(eosinofi,basofil,monosit dan limfosit), sehingga memungkinkan munculnya
infeksi seperti TBC. Sebaliknya glukokortikoid
meningkatkan kadar hemoglobin, trombosit dan eritrosit.
4.
Efek anti inflamasi. Glukokortikoid dapat
mengurangi respon peradangan secara drastis dan dapat menekan sistem imunitas
(kekebalan).
5.
Mempengaruhi komponen lain dari sistem endokrin.
Misalnya penghambatan umpan balik produksi kortikotropin oleh peningkatn
glokokortikoid menyebabkan penghambatan sintesis glukokortikoid lebih lanjut.
6.
Efek anti alergi. Glukokortikoid dapat mencegah
pelepasan histamin.
7.
Efek pada peretumbuhan. Glukokortikoid yang
diberikan jangka lama dapat menghambat proses pertumbuhan karena menghambat
sintesis protein meningkatkan katabolisme protein dan menghambat sekresi hormon
pertumbuhan.
8.
Efek pada sistem lain. Hal ini sangat berkaitan
dengan efek samping hormon. Dosis tinggi
glukkokortikoid merangsang asam lambung dan produksi pepsin sehingga
menyebabkan kambuhnya (eksaserbasi) borok lambung (ulkus). Juga telah ditemui
efek pada SSP yang mempengaruhi status mental. Terapi glukokortikoid kronik
dapat menyebaban kehilnaga masa tulang yang berat (osteopporosis). Juga menimbulkan
gangguan pada otot (miopati) dengan gejala keluhan lemah otot.
B. Mineralokortikoid
Efek mineralokortikoid mengatur metabolisme mineral
dan air. Mineralokortioid membantu kontrol volume cairan tubuh dan konsentrasi
elektrolit (terutama Na dan K), denga jalan meningkatnya reabsorbsi Na+,meningkatkaneksresi
K+ dan H+. Efek ini diatur oleh aldosteron (pada kelenjar adrenal) yang bekerja
pada tubuli ginjal, menyebabkan reabsorbsi natrium, bikarbonat dan air. Sebaliknya,
aldosteron menurunkan reabsobsi kalium, yang kem udian hilang melalui urin. Peningkatan kadar
aldosteron karena pemberian dosis tinggi mineralokortikoid dapt menyebabkan
alklosis (PH darah allkalis ) dan hipokalemia, sedangkan retensi natrium dan
air menyebabkan peningkatan volume darah dan tekanan darah.
Penggunaan Klinik Kortikosteroid
a.
Terapi pengganti pada penderita gagal adrenal
(misalnya penyakit Addison). Semua efek glukokortikoid diperlukan dan sediaan
mineralokortikoid perlu diberikan bersama glukokortikoid.
b.
Terapi antiinflamasi
-asma (secara inhalasi atau pda kasus berat secara
sistemik)
-secara topical pada peradangan mata, kulit, telinga
atau hidung (mislanya eksim konjungtivitis alergi, atau rhinitis alergi)
-hipersensitivitas (misalnya alergi berat terhadap
obat atau bisa seranggga)
-penyakit autoimun dan inflamasi
c. Penyakit Neoplastik
- kombinasi dengan obat sitotoksik pada pengobatan
keganasan spesifik, misalnya leukimia
-mengurangi edema serebral pada penderita tumor otak
(digunakan dexametason)
-antiemetik
pada pengobatan kemoterapi
Efek samping
dan komplikasi
Efek samping terjadi pada umumnya pada terapi dosis tinggi
atau penggunaan jangka panjang kortikosteroid. Adapun efek samping dan komplikasi
yang dapat terjadi meliputi :
a.
Tekanan terhadap respon infeksi
-
Infeksi menjadi luka serius kecuali diberikan
bersamaan antimikroba
-
Penyembuhan luka terganggu
-
Meneyebakan ulkus pepticus
b.
Metabolisme glukosa, protein dan lemak : atropi
otot, osteoporosis da penipisan kulit.
c.
Elektrolit : hipokalemia,alkalosis dan gangguan
jantung hingga terjadi gagal jantung (cardiac faillur).
d.
Kardiovaskuler : arterosklerosis dan gagal
jantung
e.
Tulang : osteopporosis dan patah tulang spontan
f.
SSP dan Psikis : gangguaan emosi,euforia,
halusinasi, hingga psikosis
g.
Otot : kelemahan otot dan atropi otot
h.
Elemen pembuluh darah : gangguan koagulasi dan
menurunkan daya kekebalan tubuh (imunosupresi)
i.
Pertumbuhan : mengganggu pertumbuhan anak,
kemunduran da menghambat perkembangan otak
j.
Ginjal : Nokturia (ngompol), hiperkalsiuria
yaitu peningkatan kadar ureum darah hingga gagal ginjal
k.
Pencernaan : tukak lambung (ulkus pepticum)
l.
Pankreas : peradangan pankreas akut
(pankreatitis akut)
m.
Gigi : gangguan email dan pertumbuhan gigi
0 Response to "HORMON KORTIKOSTEROID"
Post a Comment